Awal mulanya, Kubler-Ross hanya merumuskan 5 tahap dalam berduka, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Namun, Kubler-Ross memperluas teorinya menjadi 7 tahapan, dengan tambahan terkejut (shock) dan pengujian (testing).
Kübler-Ross membagi stages of grief ke dalam tujuh tahap berikut:
Terguncang (shock)
Tahap berduka yang pertama adalah terkejut atau terguncang (shock). Ini terjadi ketika kita menerima kabar mengejutkan yang tak pernah kita duga akan terjadi.
Misalnya, Reaksi pertama yang timbul adalah rasa terkejut yang luar biasa.
Penyangkalan (denial)
Tahap pertama ini adalah reaksi yang amat normal. Arti denial atau penyangkalan sebenarnya dapat membantu Anda untuk mengurangi rasa sakit dari situasi kehilangan yang tengah Anda hadapi. Anda mungkin akan berpikir, “Saya tidak percaya ini terjadi ada saya. Ini tidak mungkin terjadi dan hanya mimpi.”
Setelah Anda keluar dari tahap penyangkalan, emosi-emosi yang selama ini terkubur akan muncul. Meski sulit, ini merupakan bagian dari perjalanan kedukaan yang akan dilalui oleh siapapun.
Marah (anger)
Adalah hal yang wajar jika orang merasa marah setelah dihadapkan pada kehilangan. Anda berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru dan sedang mengalami kesedihan. Meluapkan itu semua dengan kemarahan mungkin terasa sebagai hal yang paling ‘benar’.
Perasaan Anda yang terlalu intens membuat Anda menolak untuk berpikir secara rasional.
Setelah kemarahan mereda, Anda akan berpikir lebih rasional mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan merasakan emosi-emosi lain yang selama ini tersingkir oleh rasa marah.
Menawar (bargaining)
Kehilangan dan putus asa merupakan dua perasaan yang kerap berdampingan dalam tahap kesedihan. Anda begitu berduka hingga bersedia melakukan apa saja untuk meredakan rasa sakit dan kembali mendapatkan kendali. Salah satunya dengan menawar.
Pada tahap kesedihan ini, Anda akan memikirkan kalimat-kalimat pengandaian dalam kepala.
Banyak orang juga melakukan tawar-menawar dengan Tuhan pada tahap ini agar mendapat kekuatan dari kedukaan dan rasa sakit.
Depresi (depression)
Selama proses berduka, ada saatnya emosi Anda mulai mereda dan kini Anda harus benar-benar melihat kenyataan yang terjadi. Pada tahapan depresi, Anda terpaksa menghadapi situasi sulit tersebut dan mengalami kesedihan serta kebingungan yang mendalam.
Ada dua jenis depresi yang berhubungan dengan kedukaan, yakni reaksi praktis dan jenis yang lebih bersifat pribadi.
Reaksi praktis bisa muncul terhadap kehilangan yang terjadi. Mungkin Anda khawatir dengan kondisi finansial yang harus dihadapi, atau cemas jika tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak yang hidupnya masih bergantung pada Anda.
Tipe depresi adalah jenis yang lebih pribadi. Anda mungkin menjauhi diri dari orang lain untuk dapat mengatasi duka tersebut. Namun bila Anda merasa sangat sedih, tidak berdaya, dan tidak dapat melewati tahap ini, bicarakan dengan orang-orang terdekat.
Pengujian (testing)
Setelah rasa depresi usai, kini giliran kita memasuki babak pengujian. Di titik ini, kita mulai mencari solusi nyata atas permasalahan kita. Kita tidak lagi menyalahkan diri sendiri, orang lain atau keadaan. Emosi kita pun mulai stabil dan tak seperti di awal-awal yang sering naik turun.
Karena mulai tenang, pikiran kita mulai jernih dan bisa bekerja normal kembali. Di sinilah, kita bisa menemukan solusi dari masalah yang kita hadapi. Perlahan-lahan mulai bisa menerima kenyataan, walau sesekali rasa duka itu kembali muncul.
Penerimaan (acceptance)
Penerimaan ini bukan berarti Anda sudah benar-benar bahagia. Pada tahap ini, Anda akhirnya telah menerima kenyataan yang ada. Anda masih merasa sedih, namun Anda belajar untuk hidup dengan situasi kini dan mencoba keluar dari fase kehilangan.